Reporter : ALI WAFI
SRN/SURABAYA/21-08-2024 –
Pesta Demokrasi berupa Pemilihan Kepala Daerah langsung akan diselenggarana pada bulan November 2024. Namun persiapan dan pendaftaran Paslon pada bulan Agustus ini cukup menyita perhatian publik terkait kepentingan politik dalam Pilkada tersebut. Kegaduhan di Partai Politik sehubungan tarik ulur kepentingan melahirkan kekhawatiran masyarakat yang sebagai pemegang hak suara.
Kekhawatiran tersebut juga disampaikan oleh Gus Wal selaku ketua umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB). Gus Wal berpendapat bahwa aroma kepentingan kekuasaan lebih mendominasi Pilkada kali ini daripada pesta Demokrasi
Pilkada adalah hajatan rakyat menentukan calon pemimpin daerah. Rakyat sebagai pemilik suara menyambut dengan riang gembira, aman tertib dan damai sebagai wujud partisipasi warga kepada demokrari. Namun yang terjadi justru kita sebagai rakyat dipertontonkan kegaduhan dan perebutan kepentingan di kalangan elitenya. Ini sangat memprihatinkan kita semua yang seolah hanya menjadi obyek politik, bukan menjadi bagian dari politik. Rakyat disajikan pilihan paslon yang tidak mencerminkan demokrasi karena sebuah kekuatan politik besar di balik Pilkada serentak” ungkap Gus Wal menanggapi kegaduhan Partai Politik mempersiapkan Pilkada.
Menurut Gus Wal upaya penjegalan paslon tertentu terjadi dengan cara melanggar etika politik. Meskipun pelanggaran etika politik tidak ada sangsi hukumnya namun berdampak pada legitimasi masyarakat pada penyelenggaraan Pemilu tersebut.
Demokrasi kotak kosong tetaplah bukan sebuah demokrasi, tapi kepentingan para elit yang memaksa rakyat tunduk pada strategi politik kekuasaan. Namanya pemilihan umum, seharusnya ada pilihan bukan satu paslon. Jika begitu sama halnya mengarahkan suara rakyat pada satu titik. Bagi yang setuju silahkan dan yang tidak setuju ya tidak ada pilihan lain. Dampak di kemudian hari akan melahirkan perbedaan antara suka dan tidak suka, dan ini sebuah jurang perbedaan yang sangat sensitif” imbuh Gus Wal.
Gus Wal bersama PNIB menghimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dan persatuan, karena bangsa ini tidak boleh terpecah belah hanya karena Pemilu.
Sambut Pemilu dengan ceria dan gembira karena bukan saling menjatuhkan. Jangan sampai kita terpecah belah karena Pemilu dan kepentingan asing masuk mengadu domba kita yang sedang saling berseteru. Pemilu hanya sekali, bersaudara selamanya. Jangan pertaruhkan persatuan dan kesatuan bangsa hanya untuk Pemilu, karena perjalanan bangsa ini masih panjang. Jika para elite saling berseteru maka rakyat berhak mengingatkan. Ingat perbedaan itu terjadi bukan antara benar dan salah, tetapi antara benar di satu sisi dengan benar di sisi yang lain. Mana yang paling benar di antara keduanya, kembali kepada nurani kita masing-masing tutup Gus Wal.