Reporter : ALI WAFI
SRN/SURABAYA/09-98-2024 – Tanggal 17 Agustus 2024 nanti Indonesia genap berusia 79 tahun. Kemerdekaan yang didapat dari perjuangan melawan penjajahan diproklamirkan oleh Soekarno Hatta yang disambut pekik merdeka dari seluruh bangsa. Merdeka dari penjajah dan penguasaan asing pada perkembangannya bangsa ini harus menghadapi penjajahan baru, yaitu oleh paham asing yang menguasai Indonesia.
Ormas lintas agama budaya dan kebhinekaan PNIB melalui ketua umumnya, Gus Wal menyampaikan beberapa pernyataan penting menyambut hari kemerdekaan RI ke 79
Lepas dari penjajah militer bukan berarti tidak ada penjajah lain yang datang. Faham khilafah dan Wahabi yang masuk ke Indonesia tanpa kita sadari merupakan bentuk penjajahan ideologi bangsa. Mereka berniat mengganti ideologi bangsa dengan paham asing mengatasnamakan Agama. Ini nyata terjadi dan menjadi bahan perenungan kita di usia ke 79 tahun” ungkap Gus Wal dalam wawancara melalui sambungan telepon.
Paham Wahabi dan Khilafah yang melahirkan bibit intoleransi antar umat beragama, menurut Gus Wal lebih dari sekedar menjajah namun melakukan penghapusan perbedaan yang ada.
Berabad-abad kita hidup dalam tradisi kebhinekaan yang harmoni, itulah Nusantara dengan keunikan budayanya. Kedatangan imigran Yaman membuat kerukunan bersama itu berubah menjadi kerumunan yang saling bertentangan. Pembelokan sejarah bangsa oleh imigran Yaman sebagai kaum yang paling berjasa adalah pemutar balikan fakta sejarah. Itulah penjajahan budaya yang masih kita rasakan dan gelisahkan sampai saat ini” lanjut Gus Wal.
Di hari kemerdekaan RI ke 79 ini, Gus Wal dan PNIB senantiasa mengingatkan kita untuk kembali kepada jatidiri bangsa. Menghadapi penjajahan kelompok Wahabi dan Khilafah butuh perjuangan yang tidak mudah.
Kita Indonesia, Kita merah putih, Kita Pancasila. Saatnya kita merdeka dari penjajahan kelompok sarapatigenah dalam bentuk apapun. Jangan pernah mau tunduk pada doktrin-doktrin impor menyesatkan yang berujung pada perpecahan bangsa. Intoleransi, radikalisme, separatisme dan terorisme adalah musuh kita bersama. Musuh dalam selimut yang sulit mendeteksi namun benar-benar ada di sekitar kita. Saatnya Indonesia tanpa koma, Indonesia setara yang menghargai perbedaan. Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya harapan Gus Wal menutup pernyataannya.