Reporter : ALI WAFI
SRN/SURABAYA/05-07-2024-
Refleksi 1 Suro 2024 & Muharam 1446 H yang dimana Indonesia masih dibuat resah oleh banyaknya aksi aksi Intoleransi diberbagai Daerah yang tentunya sangat mengancam Integritas Kedaulatan dan keamanan bangsa Indonesia, bangsa yang konon paling agamis didunia namun kenyataannya banyak terdapat aksi intoleransi Radikalisme terorisme yang sangat bertentangan dengan ajaran agama manapun.
Intoleransi adalah ibu kandung yang melahirkan radikalisme yang berujung pada aksi terorisme untuk merusak dan menghancurkan kedamaian, Kerukunan dan persatuan bangsa. Maraknya aksi intoleransi tidak bisa hanya dianggap persoalan insiden criminal biasa, tetapi menyimpan agenda gerakan kelompok teroris yang masih bersembunyi berwujud sel-sel tidur namun bergerak senyap dalam kurun waktu tertentu.
Kelompok ISIS yang menjadi pusat mencetak teroris di seluruh dunia belum habis. Para anggotanya menyebar kembali ke negaranya masing-masing, bergerak diam-diam dengan aksi intoleransi. Tidak terkecuali Indonesia yang masih menyimpan potensi gerakan militan pro Radikalisme terorisme yang beradal dari paham ideologi transnasional wahabi Khilafah di tengah keberagaman.
PNIB sampai detik ini masih terus mewaspadai pergerakan kelompok teroris yang mulai melakukan provokasi intoleransi di berbagai daerah. Sebagai organisasi massa yang anti khilafah, radikalisme dan terorisme, kami konsisten mengingatkan kewaspadaan pada aksi intoleransi. Teroris tidak datang tiba-tiba dari lahir, tetapi melewati tahapan intoleransi dan kebencian kepada lain keyakinan. Dan jika itu tidak ditindak tegas akan menyuburkan bibit-bibit baru radikalisme dan terorisme ungkap Gus Wal selaku ketua umum Ormas Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) dalam sebuah wawancara.
Lebih jauh Gus Wal menyoroti aksi pembubaran kegiatan doa dan ibadah yang terjadi di beberapa daerah dalam beberapa bulan belakangan ini. Gus Wal mengingatkan aksi tersebut bukan terjadi secara spontan, tetapi diprediksi sebagai sebuah rencana awal gerakan radikalisme terorisme.
Aksi pembubaran kegiatan ibadah oleh oknum RT, Kades dan tokoh masyarakat diberbagai Daerah mulai pamulang, gresik, Sidoarjo dll jangan hanya dilihat sebatas pelakunya. Tetapi mereka melakukannya atas dasar sebab kebencian. Darimana kebencian itu muncul, disinilah peran sel-sel tidur teroris dalam misi kerja senyapnya. Kita sedang diadu domba antara warga minoritas dengan orang-orang bodoh yang merasa benar sendiri” lanjut Gus Wal
PNIB menghimbau kewaspadaan masyarakat akan bahaya laten terorisme yang dengan liciknya masuk di tengah kehidupan keberagaman agama, budaya dan suku. Ketegasan pemerintah dan aparat untuk mengusut tuntas para pelaku intoleransi menjadi pertaruhan besar hidup matinya kelompok terorisme yang kini tidak lagi berjuang menenteng senjata, tetapi menggunakan provokasi dan adu domba yang tidak banyak disadari.
Kita tidak akan menemukan di Indonesia tampang-tampang terorisme dengan wajah seram, kejam, bengis membawa senjata. Namun jika kita paham, mereka akan tampil dengan wajah ramah, naik turun mimbar dakwah namun isi ceramahnya mengajarkan kebencian. Atau banyak kita temui konten-konten medsos berisi penceramah provokator yang menyebarkan paham-paham anti keberagaman dan tradisi. Merekalah para terorisme yang berubah wujud menjadi sosok intoleransi. Waspadalah, Indonesia tidak akan menjadi Suriah, Afghanistan selama kita masih bisa menghargai setiap perbedaan. Jaga kampung, tetangga, rumah ibadah dari penyusup kelompok khilafah, Wahabi dan terorisme dengan alasan apapun”
Dukung Penuh Densus 88, Polri TNI Tumpas Tindak segala bentuk aksi dan gerakan yang melahirkan Intoleransi, Radikalisme Terorisme, pesan tegas Gus Wal di akhir wawancara.