Silaturahmi Kebangsaan PNIB Dan Gema Budhi Rayakan Waisak Untuk Semua Di Borobudur, Rajut Persatuan Dan Kesetaraan

Reporter : ali wafi

SRN/JOGYAKARTA/23-5-2024 –
Dalam rangka menyambut hari raya Tri Suci Waisak 2024 pada hari Kamis 23 Mei 2024 sejumlah tokoh, organisasi dan elemen masyarakat menggelar acara silaturahmi kebangsaan. Acara yang diberi tajuk Gelar Seni dan Silaturahmi Kebangsaan Gemabudhi Merajut Kasih Menebar Dharma, Tri Suci Waisak untuk Semua digelar di Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur Magelang Jawa Tengah, yang dimeriahkan dengan berbagai macam kesenian rakyat khas borobudur dan dihadiri oleh masyarakat sekitar magelang.

Kampoeng Dolanan yang berlokasi Pondok Pesantren Budaya Ki Sodong Borobudur diasuh oleh Gus Abbet Nugroho. Bersama AR Waluyo Wasis Nuroho (Gus Wal) selaku ketua umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) acara silaturahmi kebangsaan tersebut digagas bersama, berkolaborasi menghadirkan beberapa tokoh budaya dan masyarakat di Magelang bersama DPP Gema Budhi (pemuda pemudi Budha).

Gus Wal selaku Ketum PNIB ditemani Gus Abbet Nugroho yang juga merupakan Sekjend PNIB Mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk selalu ikut menyemarakkan hari hari besar keagamaan, seperti hari ini Waisak, selayaknya Waisak Untuk Semua, ketika Lebaran juga dinikmati dan dirayakan untuk semua umat, sama halnya ketika natal, kita semarakkan Natal Nusantara untuk seluruh rakyat Indonesia, hal ini sangatlah penting untuk membangun kesetaraan, kerukunan Persatuan antar umat beragama, papar Gus Wal.

Meskipun begitu Gus Wal dan PNIB meminta kepada pemerintah dan panitia waisak untuk meninjau ulang adanya penerbangan lampion atau lampionisasi di candi borobudur ketika malam puncak perayaan waisak kamis 23 Mei, menurut Gus Wal penerbangan lampion ataupun lampionisasi tersebut adalah budaya asing yang bukan merupakan esensi agama budha, lampionisasi tersebut mengganggu kesakralan dan Kekhusyu’an umat budha menjalankan ibadahnya dalam acara puncak waisak, selain itu lampionisasi menimbulkan efek sampah, serta rentan menimbulkan menimbulkan kerugian bagi warga sekitar apabila lampion tersebut setelah diterbangkan jatuh kerumah warga ataupun fasilitas umum lainnya,” papar Gus Wal.

Dengan digelarnya acara ini, PNIB dan DPP Gema Budhi berkomitmen untuk terus bersama sama melawan Intoleransi, menjaga kerukunan antar umat beragama. Menjaga bangsa dan negara, menjaga kampung desa dari paham ideologi transnasional yang mengancam Keselamatan rakyat dan bangsa Indonesia serta mengancam integritas bangsa. Bersama sama berkomitmen untuk menggelorakan Kesetaraan, Persatuan Indonesia melawan Paham Ideologi Wahabi dan Khilafah yang merupakan bibit dan cikal bakal Intoleransi yang melahirkan Radikalisme Separatisme Terorisme. PNIB mendukung sepenuhnya Densus 88, Polri Dan TNI tumpas tindak tegas khilafah radikalisme terorisme,” ucap Gus Wal kepada awak media.

Kerukunan antar umat beragama di negara yang mayoritas beragama Islam butuh terus dilestasrikan, dijaga dan diperjuangkan keutuhannya. Hal tersebut menjadi modal dasar tetap tegaknya NKRI dalam naungan kebhinekaan.

Maraknya aksi memecah belah persatuan dengan dalih apapun menunjukkan bahwa Indonesia menjadi incaran paham tertentu yang menginginkan kita saling berseteru. Dan pada akhirnya akan menjadi Suriah dan Afghanistan yang porak poranda karena fanatisme warganya pada paham tertentu. Setelah negara hancur, maka pihak luar akan masuk dengan dalih menyelamatkan negara, namun sesungguhnya sedang membentuk negara baru atas ide mereke. Kita tidak ingin Indonesia seperti itu, tunduk pada skenario dan intervensi asing” lanjut Gus Wal.

PNIB menjadi organisasi kemasyarakatan lintas Agama, budaya yang berkomitmen kuat melawan kelompok pemecah belah antar umat beragama. PNIB tidak pernah surut menyuarakan kesetaraan dan persatuan antar pemeluk Agama demi keutuhan NKRI.

Indonesia tanpa koma selalu menjadi spirit perjuangan PNIB dalam mengawal kebhinekaan. Kita hanya butuh saling menghormati, tidak perlu memaksakan keyakinan urusan manusia dengan penciptanya karena kita memang dilahirkan berbeda-beda bukan untuk saling menghancurkan. Tetapi menjadi kekayaan budaya sebagai akar peradaban manusia. Kita sudah hidup di era modern, bukan di jaman purba yang saling menyerang, membunuh untuk berebut kekuasaan,” pungkas Gus Wal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.