Reporter : Satriya-SRN
Sumber : Humas Surabaya
SRN/SURABAYA/05-06-2023 – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berupaya menghilangkan kecemasan Orang Tua ketika anak-anak masuk Tahun Ajaran Baru, melalui Gerakan Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan. Yakni, menghilangkan Tes Baca, Tulis, dan Menghitung (Calistung) dari Proses Penerimaan Peserta Didik Baru pada pendidikan SD/Mi.
Selain itu, menerapkan Masa Perkenalan Bagi Peserta Didik Baru selama Dua minggu pertama, dan menerapkan pembelajaran yang membangun Enam fondasi kemampuan anak secara berkelanjutan dari PAUD hingga kelas dua SD/Mi.
Upaya tersebut semakin diperkuat dengan digelarnya Sharing Praktik Baik Pembelajaran dalam rangka Transisi Paud ke SD/MI yang menyenangkan bersama Bunda PAUD di Grammar School Surabaya, pada Senin (04/09). Kegiatan ini menyasar seluruh energi mengajar PAUD dan SD/Mi yang ada di Wilayah Surabaya bagian Barat. Di antaranya, Kecamatan Asemrowo, Benowo, Lakarsantri, Pakal, Sukomanunggal, Sambikerep, dan Tandes.
“PAUD adalah Pendidikan awal bagi anak yang dapat membentuk karakter, kognitif, kematangan emosi, cara berinteraksi, dan motorik pada anak. Literasi dan Numerik yang dikenalkan, lalu di SD akan diperkuat. Di usia PAUD kita kembangkan karakternya,” kata Bunda PAUD Kota Surabaya, Rini Indriyani.
Rini Indriyani menjelaskan, dalam proses pengembangan karakter anak, Pemkot Surabaya bersama Bunda PAUD memfasilitasi seluruh PAUD se-Surabaya untuk menampilkan bakat dan bakat seni para siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemandirian, keberanian, kreativitas, dan kepercayaan anak. Serta menggabungkan gerak motorik dan kognitif pada anak.
“Hari ini saya memberikan apresiasi kepada perwakilan Kecamatan di Surabaya karena anak-anaknya sudah berani tampil. Kemudian kami juga bersinergi dengan Pemangku Kepentingan, salah satunya anak-anak dikenalkan berbagai wahana profesi,” jelasnya.
Sehingga, lanjut Rini Indriyani, ketika anak masuk ke jenjang SD, kematangan emosi, kemandirian, serta kemampuan berinteraksi anak telah terbentuk. Maka perlu adanya sinergitas antara tenaga pengajar di tingkat PAUD dan SD/Mi. “Ada MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) untuk memperkenalkan siswa dengan lingkungan baru di Sekolahnya selama Dua minggu. Bukan hanya anak-anak tetapi juga orang tuanya. Sebab keterlibatan orang tua sangat penting,” ujar dia.
Pada kesempatan tersebut, anak-anak pun ikut serta menyampaikan perasaan dan pengalaman mereka selama berada di Lingkungan SD. Dimana mereka menikmati transisi PAUD ke SD dengan cara yang menyenangkan, yakni mendapatkan bekal pengenalan lingkungan sekolah yang baru.
“Saya salut karena anak Kelas Satu SD sudah berani mengungkapkan pendapatnya di depan banyak orang. Maka keterlibatan Orang Tua yang memiliki peran besar, khususnya mengajarkan komunikasi Dua arah dengan baik,” ungkapnya.
Seperti Bella Sophie Prayogo, siswa kelas 1 Grammar School Surabaya menceritakan tentang Masa Orientasi Pengenalan di Sekolahnya. Pada hari Pertama itu, ia diajak berkeliling mengunjungi berbagai ruangan di Lingkungan Sekolah. Mulai dari ruang laboratorium, sains, toilet, kantin, hingga area taman Sekolah.
“Sebelumnya saya memperkenalkan diri di Kelas. Lalu saat di Taman Sekolah, saya melihat banyak hewan, seperti kelinci, ikan, hamster, dan burung beo. Saya sangat menikmati dan bersenang-senang dengan teman-teman. Lalu saya makan siang di kantin bersama teman-teman,” kata Bella.
Asyila Ramadhani, siswa kelas 1 SDN Lidah Kulon I Surabaya juga memiliki cerita tersendiri selama mengikuti MPLS. Ia diketahuikan banyak hal selama mengikuti kegiatan tersebut. Yakni, dikenalkan permainan tradisional, makanan tradisional, hingga berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolahnya. Serta dikenalkan kegiatan rutin Sekolah, mulai dari senam pagi, Jumat bersih, dan Pramuka.
“MPLS ku menyenangkan, saat masuk Sekolah dan ikut MPLS, saya belajar bernyanyi dan mengapresiasi. Kami dikenalkan permainan tradisional sampai makanan tradisional. Kami juga diajak berkeliling Sekolah, ke ruang guru, ruang komputer, ruang kelas, dan perpustakaan. Kami juga dikenal dengan ekstrakulikuler yang ada di sekolah,” tutupnya.