SRN/SURABAYA/08-02-2023 – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggelar pertemuan bersama Guru SD-SMP Negeri dan Swasta, di ruang kerja Kantor Balai Kota, pada Senin (0702).
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Eri Cahyadi memberikan pengarahan melalui zoom kepada para Guru, untuk mengayomi adil kepada muridnya.
Di pertemuan itu, Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan 5 poin penting yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah, agar para Guru tidak melakukan penarikan uang kepada Siswa yang kurang mampu. Baik itu penarikan uang untuk seragam, buku, dan sebagainya.
Sedangkan yang kedua, Wali Kota Eri tidak ingin ada lagi Guru yang tidak melarang adil kepada murid-muridnya. “Kalau dalam suatu mata pelajaran mereka (Siswa) dapat buku A, ya harus semuanya buku A,” kata Wali Kota Eri.
Sedangkan yang ketiga, Wali Kota Eri Cahyadi meminta sekolah lebih kabur, ketika akan memberikan bantuan kepada Siswa yang tidak mampu. Seleksi Siswa tidak mampu harus berdasarkan data warga miskin yang dimiliki oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
“Kalau ada orang yang mengatakan tidak mampu mengeluarkan Data Pemkot, maka tolong sampaikan ke Dinas Pendidikan (Dispendik) untuk dicek bersama Dinas Sosial (Dinsos). Agar tahu, orang yang meminta bantuan itu, kategori mampu atau tidak mampu,” tutur Wali Kota Eri.
Wali kota Surabaya yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu mewanti-wanti kepada para Guru, jangan sampai terjadi salah sasaran ketika membantu Siswa. “Karena data warga miskin dan pra miskin itu semua ada di Dinsos,” ujar Cak Eri.
Keempat, lanjut Cak Eri, apabila ada Sekolah Swasta yang tidak berkenan menerima Syang tidak mampu, maka bisa menyerahkannya ke Pemkot, kemudian ditampung di Sekolah Negeri.
Yang kelima, sambung Cak Eri, setiap Sekolah wajib menerima 5 persen Siswa tidak mampu sesuai dengan peraturan Undang-undang.
“Dikembalikan lagi, saya berharap Dispendik melakukan pengecekan lagi. Apakah sudah menerima kewajiban 5 persen tadi, kalau sudah dijalankan, kemudian dicarikan solusi untuk memberikan bantuan kepada siswa yang tidak mampu,” sambung Cak Eri.
Cak Eri tertekan, kalau sudah dikatakan gratis untuk keluarga miskin, maka harus sesuai. Agar siswa tidak mampu mendapatkan hak-haknya seperti halnya siswa yang mampu. “Jadi Pak Yusuf, saya minta tolong datanya dipastikan, nanti disampaikan ke Guru-guru. Ajarkan juga, siswa untuk peduli dengan sesama,” katanya.
Cak Eri berharap para guru bisa melarang rasa welas asih (empati) kepada murid-muridnya. Tujuannya adalah, untuk meningkatkan rasa kepedulian dan gotong royong terhadap sesama, untuk membantu Siswa yang miskin.
Pada kesempatan itu, orang nomor Satu di lingkungan Pemkot tersebut, menyimpan masa kecilnya ketika masih duduk di bangku SMP. Kala itu, teman sekelasnya ada yang tidak bisa membeli tas, karena keterbatasan biaya. Tasnya lusuh dan sudah waktunya ganti baru.
Eri Cahyadi pun mendapat nasehat dari Gurunya, agar membantu temannya itu. Bahkan Gurunya meminta Eri untuk tidak membeli tas yang terlalu mahal, agar sama rata dengan teman sekelasnya.
“Guru sekolah loh itu ngomong, sampai hari ini beliau masih hidup. Beliau menasehati, beli 2 tas tapi jangan mahal-mahal berikan ke temanmu satu. Nah pertanyaannya, apakah ada Guru saat ini yang seperti beliau?,” kisahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, imbauan Wali Kota akan disampaikan kepada seluruh Guru SD-SMP Negeri maupun Swasta. Yusuf memastikan, tidak ada lagi perbedaan laku antara Siswa miskin dan non miskin.
“Kalau Sekolah Negeri kan otomatis sudah menggunakan anggaran pribadi. Nah, khusus yang Swasta, kita hitung lagi berapa Warga miskinnya perSsekolah,” kata Yusuf.
Mengenai pelajaran terhadap Siswa, Yusuf memastikan, Sekolah Negeri dan Swasta tidak akan ada lagi penarikan apapun. Sesuai dengan amanat Wali Kota, para Siswa harus dilakukan secara setara baik itu di Negeri maupun Swasta.
“Akan kami sampaikan ke Sekolah Negeri dan Swasta, jangan sampai ada tarik-tarikan (uang utan), dan perlakukan Siswa secara adil sesuai haknya,” Yusuf memastikan.
Yusuf menambahkan, dalam waktu dekat segera melakukan pengecekan ke lapangan untuk memastikan Siswa yang layak dibantu. “Mengantisipasi kalau ada yang mengaku-aku miskin. Jangan sampai, ternyata punya mobil, tapi ngaku miskin. Makannya nanti kami bantu bersama Dinsos, Kecamatan, dan Kelurahan,” pungkasnya.
Reporte : Satriya/Red
Sumber : Humas Surabaya