SRN/SURABAYA/02-02-2023 – Akhir-akhir ini Kota Surabaya kembali dihebohkan dengan munculnya kelompok perusuh yang melakukan onar di salah satu Warung Kopi (Warkop) yang berada di kawasan Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Aksi kelompok tersebut terekam oleh kamera CCTV dan tersebar di berbagai akun Media Sosial (Sosmed).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menampik bahwa munculnya oknum perusuh tersebut adalah gangster yang ramai di ulas oleh masyarakat. Ia menjelaskan, kejadian tersebut disebabkan oleh perseteruan antar kelompok perguruan beladiri maupun pencak silat
“Kemarin itu bukan gangster, karena tidak ada gangster di Surabaya. Kemarin itu adalah dari perguruan (silat), kalau yang di Sukolilo antar 2 perguruan. Sama seperti di kota lain, yakni antar dua perguruan,” jelas Wali Kota Eri diruang kerjanya, Rabu (01/02).
Cak Eri menerangkan, setiap malam Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Tim Asuhan Rembulan rutin menggelar patroli berlayar. Apalagi Pemkot Surabaya bersama Polrestabes Kota Surabaya telah memanggil dan mengajak para perguruan silat dan beladiri menjaga keamanan dan ketentraman Kota Surabaya melalui “Jogo Suroboyo”.
“Yang dilakukan Pak Kapolres sangat luar biasa untuk perguruan silat yang ada di Surabaya, jadi perguruan ini harus ditenangkan, nanti kita pertemukan lagi. Makanya ketika kemarin ada kejadian di Sukolilo langsung berakhir, yang diserang adalah perguruan lainnya. Ada anak di sana, maka dia (perguruan lainnya) mencarinya disana, setelah dia pergi, bukan merusak tapi mencari anak dari perguruan itu tadi,” terangnya.
Sebab, menurutnya, para pemimpin perguruan beladiri dan pencak silat berperan penting dalam menjaga kerukunan dan ketenangan antar anggotanya. “Sehingga sekarang bagaimana para pemimpinnya bisa memberikan pemahaman bagi yang dibawah. Yang bawah ini, kalau yang ngomong yang punya perguruan kan bisa nurut,” ujarnya.
Karenanya, ia menegaskan bahwa di Kota Surabaya tidak ada kelompok preman seperti yang disebut-sebut masyarakat. Sebab, para pemuda dari perguruan beladiri maupun pencak silat tersebut tengah ditindaklanjuti oleh Polrestabes Kota Surabaya.
“Ini masih ditindaklanjuti sama Pak Kapolres, karena kemarin perguruan ini juga ada yang lewat WhatsApp untuk (koordinasi) kumpulnya. Kenapa kita bisa tahu dari perguruan? karena dari kepolisian, ada buktinya dari perguruan. Tugas Kita adalah bagaimana mewujudkan perguruan untuk menjaga Kota Surabaya,” tegasnya.
Lebih lanjut, mengenai deklarasi yang dibacakan oleh pimpinan perguruan beladiri dan pencak silat bertujuan untuk menjaga Kota Surabaya secara bersama-sama agar aman dan nyaman.
“Kalau dikendalikannya bukan karena menjaga Surabaya. Pertengkarannya antar (perguruan) ini. Insyaallah, perguruan ini yang atas (pimpinan) sudah membuat kesepakatan damai. Tinggal bagaimana kami sekarang, pemkot, kepolisan dan pendekar perguruan tinggi serta gurunya itu untuk lebih masif ke bawah lagi untuk menyadarkan mereka karena ribuan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Cak Eri berencana menobatkan para remaja yang pernah terjaring operasi penjepit oleh Tim Asuhan Rembulan menjadi Duta Pemkot Surabaya. Penobatan tersebut akan dilaksanakan setelah para remaja itu selesai mengikuti Sekolah Wawasan Kebangsaan.
Hal ini dilakukan agar mereka bisa melarang nilai-nilai kebangsaan, sekaligus mengajak para remaja lainnya mengikuti Sekolah Wawasan Kebangsaan. Yakni dengan harapan kenakalan remaja di Kota Surabaya bisa dikendalikan.
“Sudah, Insyaallah Februari sudah mulai. Ada sekitar 78 anak yang kita lakukan di Sekolah Wawasan Kebangsaan. Kita izinkan ke sekolahnya, setelah itu kita jadikan Duta Pemkot Surabaya untuk mengajak teman-temannya masuk ke alam Sekolah Wawasan Kebangsaan,” katanya.
Dalam proses pembelajaran di Sekolah Wawasan Kebangsaan, Wali Kota Eri mengakui bahwa Pemkot Surabaya bekerja sama dengan TNI/Polri. Serta melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) di lingkungan TNI/Polri.
Tak hanya itu saja, Wali Kota Eri yang telah meresmikan Rumah Bhinneka di Kota Surabaya untuk mewadahi berbagai kegiatan toleransi untuk umat beragama, suku, ras, dan golongan dalam menjaga Ideologi Pancasila di Kota Surabaya. Diantaranya, menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi untuk melakukan pembauran, menjaring aspirasi masyarakat, serta melebarkan berbagai kalangan masyarakat Surabaya.
“Kemarin, kalau terjadi kenakalan remaja ini berasal dari suku bermacam-macam, maka pendekatannya harus secara kultural. Siapa yang paling dekat adalah yang mewakili sukunya yang ada di Surabaya. Untuk datang ke masing-masing sukunya memberikan penguatan persaudaraan dan mengajak mereka untuk menjaga Surabaya,” pungkasnya.
Reporter : UchiGK
Sumber : Humas Surabaya