SRN/SURABAYA/21-01-2023 – Rumah Anak Prestasi yang didirikan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mampu melatih kemandirian, keterampilan, keberanian, dan kepercayaan diri para penyandang disabilitas anak. Terdapat berbagai kelas pelatihan dan konsultasi, diantaranya pelatihan musik, menjahit, dongeng dengan bahasa isyarat dan Bisindo, membatik, modelling, mengaji, melukis, dan sablon. Serta terdapat layanan konsultasi dengan dokter spesialis anak, akupuntur, fisioterapi, refleksi, pembelajaran umum, dan konseling psikologi.
Salah satu metode untuk melatih kepercayaan diri anak-anak bermasalah adalah melalui Kelas Pelatihan Modeling hingga Musik. Yakni melatih gerak motorik anak-anak kesulitan untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat tampil di depan umum.
Sejak diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada 7 September 2022 lalu, kini di tahun 2023, Pelatihan Modeling telah memasuki angkatan (kelompok) kedua. Dalam setiap batchnya, kelas tersebut diikuti oleh 12 peserta. Pelatihan Modeling tersebut berlangsung setiap Rabu, mulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
Kepala UPTD Kalijudan dan Kampung Anak Negeri, Cholik Anwar mengatakan bahwa saat prosesi peresmian Rumah Anak Prestasi, Pelatihan Pemodelan para anak-anak telah menampilkan kebolehannya di hadapan Wali Kota Eri Cahyadi.
“Pelatihan Modeling untuk meningkatkan kepercayaan diri dari anak-anak penyandang disabilitas. Di Rumah Anak Prestasi, gangguan yang mengikuti Pelatihan Modeling saat pembukaan juga ditampilkan di hadapan Pak Walikota,” kata Cholik, Jumat (20/01).
Pengajar atau instruktur Pelatihan Modelling juga dilakukan oleh rekan penyandang masalah lainnya yang berasal dari sekolah modelling. Setiap sesinya, para instruktur melatih cara berjalan, menata postur tubuh, dan melatih pose (gaya) yang memikat para fotografer.
“Pesertanya juga gangguan anak-anak. Terkait batasan peserta, menurut instrukturnya akan efektif jika diikuti oleh 10 orang, karena terlalu banyak (peserta) akan kurang fokus bagi anak penyandang disabilitas,” ujarnya.
Hingga saat ini, sistem batch hanya berlaku untuk Training Modelling, sedangkan kelas atau pelatihan lainnya sampai saat ini belum menerapkan sistem tersebut. “Kalau pelatihan lainnya seperti melukis atau membatik dari instrukturnya belum ada peserta yang bermasalah. Karena untuk kelas lukisan juga bisa didampingi oleh keluarga. Jadi instruktur memberikan materi, mengajari dan keluarganya pun beberapa juga mendampingi dan mengarahkan anaknya,” terangnya.
Oleh karena itu, sedangkan semakin banyaknya masyarakat yang berminat untuk mengikuti pelatihan di Rumah Anak Prestasi, Cholik menjelaskan bahwa para orang tua bisa melakukan pendaftaran secara online melalui laman website https://dinassosial.surabaya. go.id/rap dengan mengisi data diri dan memilih kelas pelatihan yang diminati.
“Rumah Anak Prestasi milik Pemkot Surabaya memberikan fasilitas berupa tempat dan termasuk alat dan bahan, juga instruktur profesional. Untuk mengikuti kegiatan pelatihan di Rumah Anak Prestasi tentunya, dia adalah penyandang disabilitas ber-KTP Surabaya dan usia kurang dari 18 tahun,” jelasnya.
Kegiatan pelatihan dan konsultasi yang ada di Rumah Anak Prestasi merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai OPD di Kota Surabaya. Karenanya, para penyandang disabilitas dapat memanfaatkan layanan di Rumah Anak Disabilitas.
“Kita berkolaborasi dengan masing-masing OPD untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya anak penyandang disabilitas bukan untuk masyarakat umum. Karena Rumah Anak Prestasi khusus untuk penyandang disabilitas,” ujarnya.
Sebab, menurutnya, melalui Rumah Anak Prestasi bisa membantu melatih kemandirian dan keberanian para penyandang disabilitas. Maka, para orang tua juga diharapkan untuk lebih percaya diri dalam membantu proses pertumbuhan gangguan anak-anak.
“Kalau dia minder nanti anaknya tidak bisa mengikuti kegiatan apapun, karena anak harus tumbuh dan berkembang, maka harus dibekali keterampilan atau kegiatan. Rumah Anak Prestasi disediakan untuk melatih, memberikan keterampilan sebagai bekal kehidupan dirinya nanti,” ungkapnya.
Sementara itu, Esti Yuniarti bersama Desy Ramadhani atau yang akrab disapa Fira merupakan instruktur Training Modelling. Ibu dan anak tersebut kompak memberikan instruksi bagi peserta Pelatihan Modelling. Meskipun sang anak, Fira juga penyandang disabilitas, keduanya terlambat sabar saat menghadapi para peserta pelatihan.
“Memang butuh ketelatenan, kesabaran dan keikhlasan. Karena kalau kita tidak ikhlas dan hanya pura-pura di depan mereka, anak-anak itu tidak akan dekat dengan kita. Dia akan terasa,” kata Esti yang juga pendiri Sekolah Fira Modeling Disabilitas.
Ditemui di Rumah Anak Prestasi, ia menjelaskan bahwa para peserta Pelatihan Modeling ini juga mengikuti berbagai kelas lainnya. Karenanya, ia mendukung langkah Pemkot Surabaya dalam memberikan ruang dalam menumbuhkan rasa percaya diri bagi para penyandang disabilitas dan para orang tua.
“Saya mendukung langkah Pemkot Surabaya untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka (disabilitas) yang tadinya pemalu, hanya di rumah aja, dan para orang tua yang juga minder, kalau ada tempat seperti ini mereka bisa belajar percaya diri,” jelasnya.
Ia mengaku, setiap anak-anak penyandang disabilitas yang mengikuti Training Modelling, diakui memiliki kemajuan yang baik dalam mengontrol gerak tubuhnya. Yakni, anak-anak diajarkan untuk melatih fokus. Apalagi anak-anak yang awalnya pemalu, kini menjadi lebih percaya diri.
“Kendala, memang ada. Seperti contoh anak yang sulit untuk diajarkan berjalan lurus dan lebih suka berjoget ketika mendengar musik. Ada yang lebih suka berjalan cepat hingga berlari. Alhamdulillah setelah mengikuti kelas ini mereka bisa mengatur kecepatan berjalan dan membuat orang tua mereka kaget dengan perubahan anak-anaknya,” pungkasnya.
Sebagai diketahui, Rumah Anak Prestasi membuka berbagai kelas pelatihan dan layanan konsultasi yang dapat dimanfaatkan bagi penyandang disabilitas mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Reporter : Humas/Satriya