Budaya  

MENGUNGKAP SEJARAH TRADISI AKAN SUMPAH POCONG

ILUSTRASI MENGENAI SUMPAH POCONG

SRN/SURABAYA/17-01-2023 – Sahabat pembaca Media SRN (seputarrakyatnews.com) tercita, kali ini kita akan membahas mengenai  tradisi akan Sumpah Pocong, yang marak sering kita jumpai di Daerah  untuk menyelesaikan perselisihan, Sumpah Pocong merupakan sumpah yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan terbalut kain kafan seperti layaknya orang yang telah meninggal (pocong).

Sumpah ini merupakan tradisi lokal yang masih kental menerapkan norma-norma adat, Sumpah ini biasanya dilakukan untuk membuktikan suatu tuduhan atau kasus yang sedikit atau bahkan tidak memiliki bukti sama sekali.

Di dalam hukum Islam sebenarnya tidak ada namanya Sumpah Pocong dengan mengenakan balitan kain kafan seperti orang yang sudah meninggal.

Adapun konsekuensinya, apabila keterangan atau janjinya tidak benar, yang bersumpah diyakini mendapat hukuman atau laknat dari Tuhan.

Sejarah Sumpah Pocong

Dalam sejarah, tidak ada satu pun literatur yang membahas secara khusus mengenai adanya Sumpah Pocong ini. Tapi, menurut orang tua, sumpah ini sudah ada sejak zaman dulu dan jadi semacam ritual kepercayaan. Untuk daerahnya, dipercaya sumpah ini berasal dari kebiasaan orang-orang Jawa.

Sumpah Pocong hanya dilakukan oleh orang Muslim. Meskipun begitu, tidak ada aturan di dalam ajaran Agama  Islam mengenai  Sumpah Pocong ini. Kalau berbicara alasan kenapa harus Pocong, mungkin karena Pocong identik dengan akan kematian. Ini jadi semacam efek psikologis di mana ketika seseorang berbohong maka yang terjadi adalah kematian.

Tidak semua persoalan bisa diselesaikan dengan Sumpah Pocong. Kalau dirasa masih bisa dibicarakan atau lewat sidang, maka jalan itulah yang dipilih.

Tapi kalau masalahnya begitu besar sedangkan pengadilan tidak mampu menyelesaikannya, maka diadakanlah ritual sumpah ini.

Kasusnya biasanya tidak bisa dibuktikan, misalnya kasus santet, sihir, fitnah besar, serta kejadian-kejadian yang tidak ada buktinya. Sumpah pocong dipilih sebagai jalan terakhir yang hakimnya adalah Tuhan sendiri.

Reporter : Ali Wifi/Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.