SRN/SURABAYA/15-10-2022. – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kembali memerankan sosok Presiden RI Ke 1, Sukarno dalam film “Soera Ing Baja”, Minggu (13/11).
Film ini rencananya akan ditayangkan di Museum Pendidikan sekaligus sebagai bahan edukasi siswa SD – SMP di Kota Pahlawan.
Di film ini, Wali Kota Eri Cahyadi memerankan Presiden Sukarno pada saat peristiwa pertempuran Surabaya 1945. Sebelum pertempuran Surabaya 1945 meledak, Presiden Sukarno sempat menggelar pertemuan dengan Jenderal A.W.S Mallaby di Kantor Gubernur Jawa Timur.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati mengatakan, pembuatan film ini untuk melengkapi dokumentasi tentang sejarah Kota Pahlawan. Sebelumnya telah sukses dibuat film “Kusno”, yang menceritakan tentang Sukarno kecil hingga menjabat sebagai presiden RI.
“Untuk film “Soera Ing Baja” ini lebih menceritakan soal pertempuran pada 10 November 1945. Oleh karena itu, film ini akan mengambil beberapa scene tentang peristiwa pertempuran itu,” kata Wiwiek.
Latar belakang pengambilan gambar film ini dilakukan di beberapa tempat ikonik di Surabaya. Antara lain di Kantor Balai Kota, Rumah Dinas Wali Kota, Jembatan Merah, Tugu Pahlawan dan masih banyak lagi.
“Tadi ada pengambilan gambar Bung Karno menggelar perundingan dengan Jenderal A.W.S Mallaby, kemudian ada pula scene ketika Bung Karno meresmikan Tugu Pahlawan. Dan ada pula scene pertempuran 10 November 1945 di Jembatan Merah, di mana saat itu Jenderal A.W.S Mallaby tewas,” jelas Wiwiek.
Selain ditayangkan di museum pendidikan, Wiwiek menerangkan, film “Soera Ing Baja” juga akan ditayangkan di sekolah – sekolah sebagai salah satu pembelajaran atau pendidikan karakter. Menurutnya, dengan menggunakan media film dokumenter, anak – anak akan mudah memahami dan senang ketika belajar soal sejarah.
“Kami berharap, ke depannya ketika anak – anak belajar sejarah itu tidak perlu kaku dan membosankan. Namun belajar sejarah itu bisa dengan cara yang fleksibel, melalui sebuah film,” terangnya.
Bicara soal sejarah, imbuh Wiwiek, Pemkot Surabaya bukan hanya membuat film edukasi saja sebagai sarananya. Akan tetapi juga ada sejarah yang dikemas dengan wisata Heroik Track, dan ada Sekolah Kebangsaan.
“Kalau Heroik Track itu wisatawan akan diajak berkeliling ke tempat – tempat yang memiliki nilai sejarah. Begitu dengan Sekolah Kebangsaan, di sesi ini wisatawan akan diajak menelusuri spot – spot bersejarah. Dan sekarang kita akan memiliki sebuah film dokumenter,” imbuhnya
Sementara itu, Sutradara Film “Soera Ing Baja”, Faizal Anwar mengatakan, film ini bergenre sama seperti film “Kusno” yang diperankan oleh Wali Kota Eri Cahyadi sebelumnya. Yaitu bergenre dokumenter drama. Dalam film ini, sambung Faizal, lebih menceritakan sejarah besar Indonesia yang terjadi di Kota Surabaya.
Film peristiwa perang revolusi ini diproduksi oleh Faizal bersama krunya sejak pertengahan Oktober 2022 lalu. Pada saat itu, pengambilan film dilakukan di kawasan Peneleh dan Gedung HVA alias Kantor PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI yang terletak di Jalan Merak No. 1, Krembangan Selatan, Kecamatan Krembangan, Surabaya.
“Karena Gedung HVA itu merupakan bagian dari saksi bisu sejarah pertempuran 10 November 1945, maka dari itu kami menggunakannya sebagai latar belakang film ini,” ujar Faizal.
Sedangkan di Kantor Balai Kota dan Rumah Dinas Wali Kota, lanjut Faizal, menggambarkan suasana perundingan gencatan senjata antara jenderal tentara Inggris, A.W.S Mallaby bersama Presiden RI Sukarno. Dua objek bangunan itu diatur semirip mungkin seperti suasana perundingan di Kantor Gubernur Jawa Timur kala itu.
Alasan Faizal bersama krunya menggunakan latar belakang Rumah Dinas Wali Kota, karena hanya bangunan tersebut yang dinilai otentik dengan peristiwa perundingan gencatan senjata saat itu. “Sebelum memutuskan rumah dinas Pak Wali sebagai latar belakangnya, saya sempat melihat beberapa foto jadul sebagai referensinya. Nah, bangunan rumah dinas Pak Wali ini ternyata yang lebih otentik,” aku Faizal.
Ia menambahkan, rencananya film ini akan rampung dan bisa segera tayang sebelum akhir Desember 2022 mendatang. Selain ditayangkan di museum, tidak menutup kemungkinan juga akan ditayangkan melalui siaran TVRI Jatim. “Karena ini project Pemkot Surabaya, maka sepenuhnya kami serahkan ke pemkot untuk jadwal penayangannya,” pungkasnya. (Arifin)