SRN/SURABAYA – United Nations Children’s Fund (Unicef) Wilayah Jawa, besama perempuan Jawa Timur yang tergabung dalam TP PKK, Organisasi Keagamaan, (Aisyiyah, Muslimat, Fathayat, dan Nasyiatul Aisyiyah), serta Gabungan Organisasi Wanita di Jawa Timur, siap untuk berkolaborasi dan memastikan 2.352.401 anak di Jawa Timur mendapatkan imunisasi Campak Rubella dan imunisasi penting lainnya selama Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tahap II pada Agustus 2022.
“Imunisasi selama ini terbukti memberikan banyak manfaat kepada anak-anak kita, sebagai perempuan dan tentu saja sebagai seorang ibu kita ingin memastikan anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang secara sehat,” ujar Arumi Bachsin Elestianto Dardak, selaku Ketua Tim Penggerak PKK Jatim, Kamis (28/7).
“Untuk itu, saya mengajak ibu-ibu PKK berperan aktif dalam melakukan kampanye untuk imunisasi ini. Saya juga mengajak semua organisasi perempuan yang hadir untuk ikut mensukseskan kampanye Bulan Imunisasi Anak Nasional yang akan kita lakukan di bulan Agustus,” lanjut Arumi dalam sambutannya pada acara Rembuk Kolaborasi Penguatan Peran Perempuan dalam Menyukseskan BIAN untuk Mewujudkan Ibu dan Anak Sehat di Aula Bappeda Provinsi Jawa Timur.
Arumi juga menambahkan untuk mencapai target 100% anak di imunisasi pada akhir Agustus 2022, maka 75.884 anak perlu mendapatkan imunisasi per harinya selama Bulan Agustus. Untuk itu dukungan penting dan kolaborasi dari berbagai pihak sangat diperlukan.
Selama pelaksanaan BIAN di Jawa Timur, satu dosis imunisasi campak-rubela diberikan kepada kelompok sasaran, yaitu anak berusia 09-59 bulan sesuai dengan rekomendasi yang ditetapkan untuk masing- masing wilayah.
Satu atau lebih jenis imunisasi lain untuk melindungi anak dari penyakit seperti polio dan difteri, juga dapat diberikan untuk melengkapi status imunisasi anak balita
Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan UNICEF wilayah Jawa menyampaikan bahwa Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional merupakan momen penting untuk menutup kesenjangan imunitas yang terjadi selama masa Pandemi.
“Selama masa pandemi, cakupan imunisasi dasar lengkap turun drastis, diperkirakan ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021,” ungkap Arie.
Ia juga menyampaikan bahwa situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data yang di publikasikan oleh UNICEF dan WHO, sepanjang tahun 2021, 25 juta balita di seluruh dunia melewati atau tidak mendapatkan satu atau lebih dosis vaksin DTP yang berguna untuk melawan penyakit Difteri, Tetanus dan Pertusis.
“Situasi ini perlu di tangani bersama-sama dengan rangkaian tindakan kolektif dan kolaboratif untuk mengejar ketertinggalan imunisasi global terburuk selama tiga dekade”, lanjut Arie.
Untuk itu UNICEF bekerja sama dengan PKK dan Organisasi Perempuan di Jawa Timur sebagai mitra strategis untuk mensukseskan pelaksanaan BIAN, termasuk upaya untuk meningkatkan pasokan vaksin, memperkuat sistem rantai dingin dan melibatkan masyarakat untuk mempelajari lebih lanjut tentang manfaat imunisasi.
Kolaborasi dalam mensukseskan imunisasi juga memerlukan dukungan dari rekan-rekan media untuk memberikan informasi yang tepat kepada publik tentang manfaat dan pentingnya imunisasi.
Hal serupa telah dilakukan pada Kampanye Campak Rubella pada tahun 2017 yang mencapai target imunisasi 100%.
Secara global, vaksin menyelamatkan lebih dari lima nyawa setiap menit – mencegah hingga tiga juta kematian per tahun, menjadikan vaksin sebagai salah satu kemajuan paling signifikan dalam kesehatan dan pembangunan global.
Anak-anak yang diimunisasi menjadi lebih sehat dan berprestasi lebih baik di sekolah sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang berdampak terhadap masyarakat. (Satriya/Red)