Budaya  

Adu Burung Dara Tradisi yang Tak Tergerus Zaman di Surabaya

Adu Burung Dara Tradisi yang Tak Tergerus Zaman di Surabaya

SRN/SURABAYA – Di Era Modern seperti sekarang ini, budaya-budaya yang diwariskan oleh para leluhur perlahan mulai terkikis oleh zaman. Agak susah memang untuk mencari sebuah tradisi yang benar-benar original/asli dan melekat di tengah-tengah modernitas kota.

Tapi diantara semua budaya di Indonesia, ada satu budaya yang masih berkembang dan bertahan di tengah masyarakat kota Surabaya, budaya yang benar-benar bisa melawan arus modern. Orang Surabaya biasa menyebutnya “Undukan Doro”.

Undukan Doro, atau orang lain juga bisa menyebutnya Adu Merpati, adalah salah satu tradisi warisan leluhur yang masih berkembang di Surabaya. Undukan Doro disini bukanlah adu kekuatan antar merpati layaknya adu ayam.

 Jika adu ayam (sabung ayam) adalah mengadu kekuatan fisik antara 2 ekor ayam jago dengan mengandalkan paruhnya, maka adu merpati (undukan doro) adalah mengadu kecepatan terbang 2 ekor merpati dalam mencapai garis finish, yang telah disiapkan oleh si penyelenggara adu ayam. Dengan jarak 1000 – 1300 meter dari garis start, merpati yang berhasil sampai di garis finish duluan akan dinyatakan sebagai pemenang.

Secara umum, undukan doro dimainkan oleh kaum lelaki. Undukan doro ini bukan sekedar ajang balapan merpati saja, melainkan juga perang taktik dan unjuk kebolehan para pemilik merpati untuk bisa menarik perhatian merpati ke garis finish.

Pemilik merpati yang mengikuti lomba bisa disebut joki. Sebelum mengikuti lomba, kondisi merpati haruslah prima. Nah untuk bisa memenangkan lomba, para joki harus melatih merpatinya sebelum diikutkan lomba. Latihan bisa dimulai dengan menerbangkan merpati pada jarak 300 meter, diulang 4-5 kali. Lalu pada hari berikutnya, latihan bisa ditambah dengan jarak 500 meter atau lebih. Begitu seterusnya hingga hari pelaksanaan lomba.

Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana caranya merpati bisa sampai ke garis finish. Ada banyak teknik yang bisa dilakukan untuk menggiring para merpati ke garis finish. Ada yang dengan cara menaruh merpati betina di garis finish untuk memikat si merpati jantan yang sedang berlomba. Ada juga teknik lain seperti joki yang berteriak memanggil merpatinya, menggunakan pakaian khusus yang sudah sangat dikenali oleh sang merpati, ataupun memancingnya dengan pakan (makanan). Nah, yang paling sering digunakan oleh para joki adalah dengan menggunakan merpati betina sebagai pancingan.

Saat latihan, joki menguji merpatinya dengan diterbangkan pada jarak tertentu selama beberapa kali untuk melatih stamina merpati. Hal ini bisa dilakukan secara bertahap, misal pada H-3 merpati diterbangkan pada jarak 1/4 dari jarak yang dilombakan, lalu H-2 merpati diterbangkan pada jarak 1/2 dari jarak yang dilombakan, dan H-1 merpati diterbangkan pada jarak 3/4 dari jarak yang dilombakan. Penting untuk diingat, bahwa antara joki dengan merpatinya harus memiliki ikatan yang kuat. Untuk memperkuat ikatan, joki haruslah menggunakan ‘seragam khusus’ agar sang merpati bisa ingat dengan pemiliknya. Gunakan seragam tersebut saat melatih merpati, memberi makan merpati, atau kapanpun bila kita ingin bertemu dengan sang merpati. Dengan melakukan hal itu, merpati tidak akan bingung saat ia akan ke garis finish untuk mencari pemiliknya.

Foto adu Burung Dara yang Banyak di Minati Masyarakat Kota Surabaya

Menurut pandangan saya pribadi, undukan doro ini merupakan ajang hiburan masyarakat pada zaman dahulu, dan terus dilakukan hingga saat ini. Ini membuktikan bahwa undukan doro adalah budaya yang tak lekang oleh waktu. Masyarakat masih menggemari undukan doro ini, bahkan menciptakan komunitas pecinta merpati balap. Ini merupakan langkah yang bagus untuk melestarikan budaya undukan doro ini.

Setelah mengetahui sedikit tentang budaya undukan doro ini, kalian pasti bisa menarik suatu kesimpulan. Kunci perlombaan ini adalah hubungan yang kuat antara sang pemilik dengan merpati kesayangannya. Dengan menjalin hubungan yang erat, merpati bisa terbang ke garis finish dengan cepat dan keluar sebagai pemenang. Jangan sampai terjadi kesenjangan antara sang pemilik dengan merpatinya. Begitu juga dengan kita semua, rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan haruslah ditingkatkan. Tidak hanya merpati, melainkan binatang lain di sekitar kita. Dan yang paling penting, tingkatkan kesadaraan kita akan indahnya budaya yang ada di daerah kita! Jangan biarkan kebudayaan ini tergerus oleh waktu! Semarakkan budaya bangsa. (BELLY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.