SRN/BOGOR – Dilansir dari informasi bahwa, lazimnya volume ekspor CPO dan turunannya pada tahun 2021 sebanyak 2,5 s/d 3 juta ton/bulan, atau 34 juta ton/tahun, dari total produksi 52 juta ton CPO. Namun kali ini hanya 800.000 ton saja. Tapi anehnya diberitakan bahwa pemerintah sedang banjir duit dari pajak ekspor sawit.
Seorang pakar petani Sawit Wayan Supadno “Kenapa pemerintah banjir duit dari pendapatan ekspor sawit?,” pertanyaan yang dilontarkan ke awak media www.seputarrakyatnews.com lewat chat WhatsApp, Minggu 10/07/2022.
“Karena tiap 1 kg TBS milik petani dipungut Rp 2.064 atau Rp 2.064.000/ton CPO. Jika rendemen CPO 20% dari TBS maka setara dengan Rp 10.320.000/ton CPO. Jika kurs Rp 15.000. Setara US $ 688/ton CPO.” Tegasnya.
Rincian beban petani US $ 688/ton CPO, meliputi :
1. Pajak ekspor (Bea Keluar) US $ 288/ton CPO.
2. Pungutan ekspor oleh BPDPKS US $ 200/ton CPO.
3. Flush Out jika tanpa DMO DPO US $ 200/ton CPO.
Pertanyaan ke 2 yang keluar darinya “Kenapa petani sawit se Indonesia banjir air mata tangis?.”
“Karena tiap 1 kg TBS hanya laku Rp 700. Padahal biaya panen, muat ke truk dan ongkir di pabrik (PKS) saja Rp 550/kg TBS. Sehingga banyak petani tidak memanen sawitnya, dibiarkan busuk di pohon. Padahal mereka tahu kalau membiarkan buah busuk di pohon bisa merusak pohon sawit, jadi tempat berbiaknya penyakit sawit.” Jelasnya lagi.
“Dengan kondisi seperti ini petani merugi sekitar Rp 1.100/kg TBS, ini lah penyebab petani bisa terancam usahanya bangkrut massal. Karena untuk biaya hidup dan sekolah anak-anaknya terganggu total. Padahal petani sudah berani investasi dana sekitar Rp 130 juta/ha hingga berbuah. Tapi bukan jadi penikmat hasilnya.” Imbuhnya lagi.
Petani merugi, karena harga pokok produksi (HPP) petani umumnya Rp 1.800/kg TBS, dengan rincian :
1. Ongkos panen Rp 250/kg, muat ke atas truk Rp 30/kg dan kirim ke pabrik (PKS) Rp 200 an/kg. Total Rp 550/kg TBS. Relatif tergantung jarak ke pabrik (PKS).
2. Pupuk NPK kimia umumnya 1 ton/ha/tahun saat ini harganya Rp 16.000/kg atau Rp 800.000/zak 50 kg. Hasilnya 16 ton/ha/tahun. Indeks Rp 1.000/kg TBS. Harga pupuk NPK relatif ada yang Rp 12.000/kg hingga Rp 21.000/kg, tergantung merk dagangnya.
3. Biaya belanja herbisida dan ongkos pruning pelepah tua, piringan pembersihan pangkal batang radius 1 meter, tenaga semprot herbisida gulma rumput liar dan merawat jalan total sekitar Rp 400/kg TBS.
Kesimpulannya, pemerintah dapat Rp 2.064/kg TBS hanya dari pajak pungutan ekspor. Belum dari PPN dan lainnya. Petani sebagai masyarakat marginal investor massal kelas kecil sudah mandiri mau bangkrut karena hanya dapat harga Rp 700/kg di pabrik (PKS). Merugi. Sungguh tidak manusiawi, pajaknya 3x lipat omzet dari pemiliknya. Bukan dari labanya. Luar biasa “pengorbanan” petani kita. (PakTANI/CakBAS)