SRN/BOGOR – Gini rasio arti gramatikalnya kesenjangan yang terjadi pada masyarakat terhadap kepemilikan aset produktif, pendapatan dan daya belinya. Diakibatkan oleh iklim usaha, pola didik kurikulumnya dan budaya keluarga maupun masyarakatnya.
Semua negara menjauhi kondisi gini rasio yang tinggi karena jadi pemicu kecemburuan sosial yang mengganggu stabilitas sebuah negara, risiko terhadap kelangsungannya atau pemicu konflik sosial internal di sebuah bangsa. Apalagi jika dibumbui oleh pihak asing.
Proses terbentuknya gini rasio tinggi, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi terus menerus, tapi tanpa dibarengi oleh penambahan jumlah pelaku usaha yang tinggi pula. Membesarkan kapital yang dimiliki oleh pengusaha, secara ramai – ramai.
Contoh ;
Negara A penduduknya 100 juta. Pengusaha riilnya hanya 2% setara 2 juta. Jika tiap pengusaha merekrut 20 pengangguran hanya terserap 2 juta x 20 orang = 40 juta orang. Jika dimaksimalkan 50 orang/pengusaha jadilah gini rasio terbentuk, 2 juta orang diperkaya super cepat oleh sisanya.
Krisis tenaga kerja, kondisi di sebuah negara sedang kekurangan tenaga kerja. Akibat langsung dari terciptanya lowongan/lapangan kerja yang terlalu banyak, tapi jumlah pengangguran pencari kerja terlalu sedikit. Misal Jepang, Australia, Taiwan, Korea Selatan dan Malaysia.
Kondisi tersebut akibat dari iklim usaha yang baik terbangun oleh pemerintah yang merangsang agar makin banyak pengusaha barunya. Budaya dan kurikulumnya mendidik agar menjadi manusia mandiri. Supaya terbentuk proporsi minimal jumlah pengusaha 5% dari jumlah penduduknya.
Contoh ;
Negara B, penduduknya 100 juta. Pengusahanya 6% atau 6 juta orang. Jika merekrut pengangguran 20 orang tiap pengusaha maka tercipta lowongan kerja 6 juta x 20 = 120 juta. Jadilah krisis tenaga kerja. Solusinya mekanisasi atau impor pengangguran dari negara lain.
Yang benar adalah gini rasio rendah, tiada kecemburuan sosial. Melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi paralel dengan tingginya penambahan jumlah pengusaha baru. Terjadi proses penyebaran pendapatan. Komposisi pengusaha minimal 5% dari jumlah penduduknya.
Agar pengusaha yang banyak tersebut berperan aktif sebagai :
1. Pencipta lapangan kerja menyerap pengangguran agar tidak jadi beban yang produktif.
2. Pembayar pajak untuk APBN sehingga dana bekal membangun bangsa jumlahnya makin besar dan kuat.
3. Pencipta devisa jumlah banyak dan rutin, sehingga ada cadangan untuk impor sarana investasi teknologi tinggi yang produktif, impor pangan dan energi.
4. Lokomotif ekonomi masyarakat di banyak daerah dengan kapital jumlah banyak diaktifkan/dikaryakan, sehingga pendapatan per kapita tinggi. (Pak tani/CakBAS)