Saatnya Malu dengan Malaysia

Wawan Supadno. Semoga nasib sawit kita, yang jadi lapangan kerja 17 juta KK, tidak seperti kisah Cengkeh ludes seketika, yang jadi sejarah kelam jaman pemerintahan yang dulu-dulu.

SRN/BOGOR – Harga CPO saat ini di pasar internasional Rp 21.000/kg, di Malaysia Rp 16.000/kg dan di Indonesia hanya ditawarkan Rp 10.000/kg di KPBN tidak sukses lelangnya. Karena permintaannya hanya Rp 8.000 an/kg. Setara harga TBS di PKS Rp 1.600/kg.

Padahal Dr Gulat Manurung, Ketum Apkasindo tadi malam mengiinformasikan pabrik kelapa sawit (PKS) yang ditutup sudah 58 tempat. Setara melayani luas kebun sawit petani 650.000 ha tanpa pasarnya, dibiarkan busuk di pohon.

Ini semua terjadi karena mutlak salahnya pemerintah membuat kebijakan yang tidak berpihak ke petani, sebagai produsen migor. Padahal tanpa petani, maka tanpa pangan. Pangan soal hidup matinya sebuah bangsa (Bung Karno, IPB 1952).

Bagaimana dengan Malaysia mantan mahasiswa kita tahun 1990 an ?

1. Yang jadi pengusaha telah jadi investor di Indonesia, pemilik kebun sawit dan PKS skala luas di banyak daerah. Atau biasa disebut sebagai PMA (Penanaman Modal Asing).

2. Yang jadi pejabat, telah jadi pelindung petaninya hingga harga TBS nya Rp 4.000 sd Rp 5.000/kg. Harga CPO Rp 16.000/kg. Karena menyadari dan mempraktekkan ilmu saat belajar di Indonesia dulunya.

3. Karena iklim usahanya dibuat baik, maka jumlah pengusahanya banyak. Pendapatan per kapita jauh di atas kita. Lowongan kerja banyak, sampai impor dari Indonesia (TKI).

4. Bukan hanya Malaysia, termasuk Singapura mengkritik kebijakan stop ekspor sawit kita. Ruginya Mei 2022 saja Rp 30 an triliun. Malaysia dapat devisa berlimpah.

5. Itu karena pajak ekspornya Malaysia ” dimininalkan “. Indonesia pajak pungutan ekspor   ” dimaksimalkan “. Hingga 50% dari CPO Rp 21.000/kg tinggal Rp 9.500/kg. Petani jadi korban.

6. Dampaknya lagi, pelanggan negara tujuan ekspor sawit Indonesia banyak dikuasai oleh sawit Malaysia. Padahal dulunya saat penetrasi pasar susah sekali..

7. Jika kita jadi Dagelan Samin atau meniru Cak Lontong. Selera Malaysia turun, buktinya dulu impor Guru dan Dosen. Saat ini impor pekerja sawit dan pembantu rumah tangga. Hemm…

Sekalipun beberapa bulan lalu harga sawit petani  Indonesia Rp 3.800/kg. Saat ini hanya Rp 1.200/kg. Di bawah biaya produksi Rp 1.800/kg. Bahkan banyak yang busuk di pohon karena PKS ditutup.

Semoga nasib sawit kita, yang jadi lapangan kerja 17 juta KK, tidak seperti kisah Cengkeh ludes seketika, yang jadi sejarah kelam jaman pemerintahan Pak Harto. Kita malu dengan Malaysia. (Wayan Supadno/Cak Bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.