Mental Bela Negara bagi Petani

Harusnya rohnya petani, harus bermental tempur saat berjuang menghadang barang impor. Saat menyerang pasar global supaya negara dapat pajak memperkuat APBN.

SRN/BOGOR – Sejujurnya, andaikan saya tanpa melalui proses pernah kerja di perusahaan farmasi asing (PMA/Inggris) dan tanpa pernah jadi prajurit TNI sebagai guru pelatih militer. Maka kisah hidup saya tidak seperti saat ini. Mungkin jika tanpa itu, tanpa punya mental nyali mengawali bisnis, bertani inovatif. Tanpa punya ilmu strategi pemasaran praktis.

Terasa betul, mental/karakter sebagai bekal utama pertama menjalani sebagai profesi petani berjiwa pengusaha adalah hal mutlak. Tanpa itu maka tanpa keuletan, mudah putus asa saat gagal bangkrut sekali saja, tiada bangkit lagi. Semangat tiada menyala berkobar di dalam dada. Padahal ini mutlak tetap ada.

Makin terasa betapa pentingnya berjiwa cinta pekat kepada tanah air dan bela negara. Ditumbuh suburkan saat punya motivasi agar jadi manusia berguna bagi orang lain dan negara. Terasa jadi sumber kekuatan inspirasi dan motivasi yang selalu terjaga di dalam hati. Manusia jadi berarti, jika hidupnya berarti bagi orang lain.

Itulah harusnya rohnya petani. Harus bermental tempur saat berjuang menghadang barang impor. Saat menyerang pasar global supaya negara dapat pajak memperkuat APBN, sekaligus membuat kepastian pasar  produk milik sesama petani lainnya. Kepastian pasar pertimbangan utama dalam kajian pra investasi.

Sekaligus agar negara dapat devisa untuk beragam manfaatnya saat transaksi lintas negara di pasar global. Juga sangat penting peran bina teritorial agar dicintai rakyat sekitar tempat membangun sebuah usaha pertanian untuk pangan kita. Itu semua di atas adalah wujud konkret bela negara. Bela negara hak dan kewajiban bagi kita, termasuk petani.

Proses membekali diri lahir di keluarga petani gurem. Rangkaian pendidikan, ikut Menwa di Universitas Airlangga Surabaya, Sepamilwa Akmil Magelang, kuliah sunyi senyap di IPB University dan interaktif aktif dengan para pakar di ITS Surabaya, ITB Bandung, UGM Yogyakarta dan lainnya. Semua besar perannya. Menempatkan diri agar selalu terdidik, sangat penting.

Proses adalah jalan menuju sukses. Ini harus disadari oleh semuanya. Tiada mungkin sukses jatuh begitu saja dari langit. Tiada mungkin ada 1.000 langkah tanpa langkah pertama. Tiada mungkin punya gelar terhormat doktor jika tanpa mau mengawali proses kuliah di pasca sarjana. Juga tiada mungkin jadi praktisi petani inovatif sukses, jika tanpa mengawali mempraktekkannya.

Sekali lagi, membangun mental adalah sangat penting bagi petani inovatif bermental pengusaha agar jadi insan terpercaya sebagai modal utama menjalankan usaha. Bermental punya semangat agar jadi manusia bermanfaat bagi orang lain dan negara, sebagai wujud bela negara adalah rohnya menjaga gairah membekali diri dan berkontribusi.

Paralel pentingnya antara peran mental/karakter dengan peran kapasitas/kemampuan teknis lainnya. Sebagai sumber kepercayaan. ” Tanpa bisa dipercaya, maka tanpa punya masa depan usaha “. Kapasitas berasal dari pendidikan formal maupun non formal. Mustahil bisa dipercaya, jika tiada punya kemampuan (mumpuni).

Misal kemampuan teknis hal intuisi, leadership, daya nalar analisis, kalkulasi logis agribisnis pra investasi, kontrol arus kas usaha sebagai kendali nadi usaha, agroklimat kaitan agronomi komoditas dan pasarnya. Tentu masih banyak lagi. Itu bisa didapat melalui kesungguhan mau membekali diri.

Caranya tiada henti dengan senang hati selalu membaca buku sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesungguhan terus melakukan hal beda dengan lainnya sebagai sumber ilmu hikmah buat bekal menyempurnakan pada langkah – langkah berikutnya. Mau menyimak dengan seksama dan memodifikasi lagi kesuksesan pihak lain misal sebagai mentor idolanya.

Dengan menjalani cara di atas. Maka sukses tiada mungkin tanpa kita miliki. Empiris saya pribadi.

(Wayan Supadno, Cak Bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.